Sabtu, 30 Oktober 2010

TEHNIK DASAR PENGUKURAN

TEHNIK DASAR pengukuran

Prakata
Dalam rangka mendukung terwujudnya peningkatan kualitas pelaksanaan pembangunan di bidang prasarana jalan agar di peroleh hasil yang tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya diperlukan aturan yang berupa NSPM ( Norma,Standar,Pedoman,dan Manual ) di bidang prasarana jalan.
Dengan di terbitkan buku Pedoman Pengukuran Topografi untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan.
Pedoman Pengukuran Topografi untuk Pengukuran Jalan dan Jembatan ini, terdiri dari 4 ( empat ) buku yaitu :
·        Buku 1 : Penjelasan Umum
·        Buku 2 : Prinsip Dasar Pengukuran dan Perencanaan Topografi
·        Buku 3 : Pelaksanaan Pengukuran Topografi
·        Buku 4 : Pengenalan beberapa Alat Ukur
Dimana ke empat buku ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait.
Apabila dalam pelaksanaan di jumpai kekurangan / kekeliruan dari pedoman ini, akan di lakukan penyempurnaan di kemudian hari.

DAFTAR ISI
Prakata
1.    Rungan lingkup                                                                     
2.    Acuan normative                                                                   
3.    Istilah dan definisi                                                                           
3.1.        Ascii                                                                             
3.2.        Date recorder                                                              
3.3.        Download                                                                    
3.4.        Edm ( electronic distance meansure )                              
3.5.        Ets ( electronic total station )                                              
3.6.        File batch                                                                    
3.7.        Ground model                                                            
3.8.        Internal memory card                                                
3.9.        Gps ( global positioning system )                                       Jaringan control horizontal                                                 
3.10.   Metode polygon                                                         
3.11.   Raw date                                                                     
3.12.   Sudut horizontal                                                         
3.13.   Sipat datar                                                                   
3.14.   Surface                                                                        
3.15.   Survey GPS                                                                                    
3.16.   Titik control horizontal                                                         
3.17.   Teodolit                                                                       
3.18.   Triangulated irregular networks (tin)                                 
4.    Sistematik pedoman                                                             
5.    Penjelasan umum                                                                           
6.    Pengukuran perencanaan jalan                                                     
6.1.        Persiapan                                                                    
6.1.1.            persiapan personil
6.1.2.            persiapan bahan dan peralatan               
6.2.        survey pendahuluan
6.3.        pemasangan monument
6.4.        pengukuran kerangka control vertical
6.5.        pengukuran kerangka control horizontal
6.6.        pengukuran penampang memanjang
6.7.        pengukuran penempang melintang
6.8.        pengukuran situasi
6.9.        pengukuran azimut jurusan
6.10.   pengukuran pengikatan titik – titik referensi
7.    pengukuran perencanaan jembatan
7.1.        pemasangan monument
7.2.        pengukuran kerangka control vertical
7.3.        pengukuran kerangka control horizontal
7.4.        pengukuran penampang memanjang jalan
7.5.        pengukuran penampang melintang jalan
7.6.        pengukuran penampang melintang sungai
7.7.        pengukuran situasi
7.8.        pengikatan titik – titik referensi
8.    pengukuran pelaksanaan jalan
8.1.        pengukuran stake_out untuk center line
8.2.        pengukuran stake_out untuk pembuatan shop_drawing
8.3.        pengukuran stake_out untuk rencana pembebasan lahan
8.4.        pengukuran stake_out monitoring pelaksanaan konstruksi
9.    pengukuran pelaksanaan jembatan
9.1.        pengukuran stake_out untuk centerline, posisi abutmen posisi pier dan elevasi jembatan
9.2.        pengukuran stake_out untuk monitoring pelaksanaan
10.                       pengolahan data
11.                       penggabaran
11.1.   penggambaran secara manual
11.2.   penggambaran secara digital

Ruang lingkup.
            Penyusunan laporan ini di bagi menjadi empat buku, dengan tujuan agar pembaca dapat lebih mudah membaca buku yang sesuai dengan bahasa yang di perlukan, karena masing masing buku menyajikan hal yang berbeda substansinya.

Acuan normative
Istilah dan defenisi
Ascii
            Amerikan Standard Code for Information Interchange, suata formal file yang bias di baca di semua program komputer

Data recorder
            Alat bantu pada alat ETC (electronic tatal station) yang berfungsi sebagai penyimpan data hasil pengukuran. Alat ini berada di luar (tersendiri) atau tidak menjadi satu dengan alat ETC, untuk memfungsikan alat ini di hubungkan dengan kabel.

Download
            Proses transfer/pengiriman data dari data recorder atau internal memory card ke computer

Edm
            Alat ukur jarak yang menggunakan pancaran gelombang elektromagnetik

Ets
            Alat ukur jarak yang menggunakan pancaran gelombang elektromagnetik  yang telah terintegrasi dengan alat pembacaan sudut digital

File batch
          File data yang berformat ASCII file ini hasil penghitungan dengan menggunakan metode khusus survey topografi yang selanjutnya akan di gunakan dalam penggambaran topografi secara digital

Ground model
          Pembentukan model dari beda tinggi permukaan tanah (kondisi lapangaan) yang di ukur. DEM file di gunakan untuk menyimpan dan memindahkan informasi permukaan topografi. DEM file berisi data informansi koordinat XYZ

Internal memory card
            Kartu elektronik tambahan yang berfungsi sebagai penyimpan data hasil pengukuran.

GPS
            System satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan di kelola oleh Amerka Serikat yang didesain 3D dan kecepatan serta informasi mengenai waktu secara kontiyu di seluruh dunia.

Jaringan control horizontan
            Sekumpulan titik control horizontal yang satu sama lainya terkaitan dengan data ukur jarak atau sudut. Dan koordinatnya ditentukan dengan metode pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu system referansi koordinat horizontal tertentu.

Metode polygon
            Metode penentuan posisi 2D secara terestris dari rangkaian titik titik yang menbentuk polygon yang koordinat titik titik (X, Y) atau (E, N) di tentukan berdasarkan  pengamatan sudut sudut horizontal di titik polygon serta jarak horizontal antara titik titik yang berdampingan.

Raw data
            Format data yang dihasilkan dari hasil pengukuran yang menggunakan alat Total Station yang mana datanya tersimpan dalam internal memory card atau data recorder / data colektor

Sudut Horizontal
            Sudut pada bidang horizontal yang di peroleh dari bacaan piringan horizontal terhadap dua titik yang berurutan.

Sipat Datar
            Alat yang mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih

Surface
            Kenampakan permukaan tanah yang di peroleh dari kumpulan data dari ground model hasil dari interpolasinya diantara 3 titik koordinat tanah.

Survey GPS
            Survey penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS yang merupakan proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang telah di ketahui koordinatnya dengan menggunakan motede penentuan posisi deferensial serta data pengamatan fase dari sinyal GPS.

Teodolit
Ala ukur yang digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan sudut vertical.

Triangulated irregular network (TIN)
            TIN atau jaring jaring segi tiga yang tidak beraturan ini adalah garis garis elevasi yang menghubungkan diantara dua titik yang terdekat. Hubungan garis garis ini adalah interpolasi dari dua titik tersebut.

Sistematik Pedoman
Laporan pedoman teknik pengukuran topografi pada pekerjaan jalan dan jembatan .
          Buku 1 :  sistematik pedoman, penjelasan umum pengukuran untuk perencanaan dan peleksanaan jalan dan jembatan
          Buku 2 :  prinsip dasar pengukuran topografi pada pekerjaan perencanaan jalan dan jembatan.
          Buku 3 :  pengukuran topografi pada pelaksanaan jalan dan jembatan
            Buku 4 :  alat ukur topografi, pengukuran GPS, pengukuran kedalaman dengan echosounding.

Penjelasan umum
          Pada buku II di bahas mengenai prinsip prinsip dasar pengukuran topografi, cara serta tahapan pengukuran topografi pada pekerjaan perencanaan jalan dan jembatan
Prinsip – prinsip dasar pengukuran topografi teristris antara lain :
Ø     Pengukuran jarak
Ø     Pengukuran sudut
Ø     Pengukuran beda tinggi
Ø     Pengukuran pengukuran yang merupakan gabungan dari pengukuran jarak, sudut dan beda tinggi.
Tahapan – tahapan dan prosedur pengukuran topografi teristris yang dilakakan untuk pekerjaan perencanaan jalan dan jembatan yang meliputi :
Ø     Tahap persiapan (personil,bahan atau alat dan adminitrasi)
Ø     Tahap survey atau pengukuran (survey pendahuluan dan survey detail)
Ø     Tahap pengolahan data.
Ø     Tahap penggambaran.
Pada buku II di bahas mengenai pengukuran topografi untuk pekerjaan pelekasanaan jalan dan jembatan.
Pengukuran topografi untuk pekerjaan pelaksanaan jalan bersifat pengukuran stake_out, yaitu pengukuran yang dilakukan untuk mengimplementasikan gambar rencana (design drawing) dengan kondisi lapangan sebenarnya, dengan batuan titik titik tetap yang ada di lapangan dari hasil pengukuran topografi sebelumnya. Pengukuran stake_out antara lain bertujuan untuk penentuan center line. Penentuan batas ROW, pembebasan lahan, pengukuran untuk pembuatan shop drawing, maupun pengukuran untuk monitoring pelaksanaan kontruksi. Pengukuran stake_out untuk pelaksanaan jembatan meliputi, pengukuran stake_out untuk center line, stake_out posisi abutment dan pier jembatan, pengukuran stake_out untuk monitoring pelaksanaan kontruksi.

Buku IV alat ukur topografi, pengukuran GPS, pengukuran kedalaman dengan echosouding.
Pada buku ini dibahas mengenai pengenalan alat ukur topografi. Alat alat ukur untuk pengukuran topografi teristris seperti : alat ukur sifat datar alat ukur teodolit, alat ukur EDM / ETS, yang meliputi pengenalan terhadap fungsi fungsi alat serta cara pemakaianya, perawatan, kalibrasi berikut dengan formulir kalibrasi. Untuk menunjang pengukuran topografi teristris, pada buku ini juga di kenalkan pengukuran posisi (koordinat) dengan menggunakan metode GPS, serta pengukuran kedalaman sungai dengan metode pengukuran echosounding (perum gema) sederajat dengan deviasi standar pengukuran dalam 1 km pergi pulang ≤ 5 mm. alat ukur GPS tipe navigasi untuk keperluan survey pendahuluan,dan alat GPS tipe geodetic untuk pengukuran titik titik ikat (bila diperlukan).peralatan ukur harus di kalibrasi dengan metode yang tepat sesuai dengan jenis dan spesifikasi masing masing alat sebelum di gunakan.
Dalam tahap persiapan ini di lakukan penarikan beberapa alternative trase rencana diatas peta dengan pertimbangan jarak terdekat, kondisi topografi (elevasi), tat guna lahan yang ada, serta dari aspek geologi dan hidrologi setempat.

Suvey pendahuluan
Survey pendahuluan (reconnaissance) dilakukan untuk mengetahui secara factual kondisi rencana trase jalan yang telah di buat.
Peralatan dan bahan yang di perlukan antara lain peta rencana trase jalan diatas peta topografi skala 1 : 50.000 atau skala 1 : 25.000, GPS navigasi, heling meter / clinometers, kompas, formulir survey dan calculator, GPS navigasi dan kompas berfungsi untuk penentuaan prosentase kemiringan vertical pada AS rencana.
Jika trase rencana yang telah di buat tidak memungkinkan diterapkan dilapangan maka dilakukan pemilihan alternatif trase jalan.

Pemasangan monument.
Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan pemasangan patok sebagai sarana penyimpan informasi koordinat hasil pengukuran. Monument pengukuran jalan dan jembatan berupa bench mark (BM), patok CP (concrete point) dan patok kayu pengukuran. Bench mark (BM) di pasang di sepanjang ruas jalan yang di ukur pada setiap interval jarak  ± 1 KM. di setiap pemasangan BM harus disertai pemasangan patok CP. Sebagai pasangan untuk mendapatkan azimuth pada pekerjaan stake_out tahap pelaksanaan.
Pemasangan BM untuk jalan exsisting sebaiknya di pasang di kiri jalan dan CP di kanan jalan searah dengan jalur pengukuran dengan posisi saling tampak satu sama lain.
Pemasangan patok kayu di lakukan di setiap interval 50 m pada jalur yang lurus dan datar serta setiap 25 m pada jalur yang berbelok / perbukitan pada sisi jalan yang sama. Pada daerah tertentu yang tidak bisa di pasang patok kayu bisa dig anti dengan pemasangan paku payung dengan di tandai cat sekitarnya dan di beri nomor sesuai urutannya.
Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitarnya di beritanda khusus.

Pengukuran kerangka control vertical
Pengukuran kerangka control vertical dilakukan dengan metode sipat datar disepanjang trase jalan melewati BM, CP dan semua patok kayu.
Pengukuran sipat datar dilakukan pergi pulang secara kring pada setiap seksi. Panjang seksi ± 1 – 2 km dengan persyaratan (toleransi) ketelitian ≤ (kurang dari atau sama dengan) 10 mm D. diman D adalah jumlah jarak dalam km.Elevasi titik referensi yang di gunakan sebagai elevasi awal harus di hitung dari tinggi MSL (muka air laut rata rata).
Pengukuran sifat datar harus menggunakan alat sipat datar otomatis atau yang sederajat dengan deviasi standar ketelitian pengukuran alat per 1 km pergi pulang ketelitianya ≤ 5 mm, pembacaan rambu harus dilakukan pada tiga benang yaitu benang atas, benang bawah, benang tengah.untuk control bacaan.rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertical rambu.

Pengukuran kerangka control horizontal.
Pengukuran titik titik control horizontal dilakukan untuk merapatkan titik titik control horizontal yang ada di sekitar lokasi proyek. Titik titik koordinat yang di pakai sebagai control horizontal tersebut di anjurkan dalam system koordinat nasional dengan system proyeksi yang di gunakan adalah UTM (Universal Transverse Mecator) dengan pertimbangan bahwa pengukuran topografi bidang jalan bersifat memanjang.
Pengukuran titik titik control horizontal dilakukan dengan metode polygon terbuka terikat sempurna atau dengan polygon tertutup. Pengukuran polygon horizontal meliputi pengukuran sudut tiap titik polygon, pengukuran jarak tiap sisi polygon dengan azimuth.

Pengukuran penampang memanjang.
Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaanya di lakukan bersamaan dengan pengukuran sifat datar atau pengukuran penampang melintang .
Pengambilan data penampang memanjang dilakukan dengan setiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada sepanjang trase. Pembacaan rambu harus di lakukan pada pada tiga benang yaitu : benanf atas, benang bawah, benang tengah

Pengukuran penampang melintang.
Pengukuran penampang melintang ruas jalan di lakukan alat sipat datar pada daerah datar dan terbuka, tetapi pada daerah dengan topografi bergelombang sebaiknya dilakukan dengan menggunakan teodolit kompas dengan ketelitian bacaan 20”.
Pengukuran penampang melintang ruas jalan dilakukan harus tegak lurus dengan ruas jalan. Pengambilan data dilakukan pada tiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada dengan mempertimbangkan factor skala peta yang dihasilkan dan tingkat kepentingan data yang akan ditonjolkan,
Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi kiri. Untuk mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor di beri notasi yang berbeda, misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan diberi notasi alphabetic dan untuk koridor sebelah kanan di beri notasi numbers.
Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan :
          Kondisi datar, landai dan lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan AS trase jalan.

Pengukuran dengan titik ikat referensi
Pengukuran kerangka control horizontal diikatkan pada titik titik referensi horizontal exsisting yang ada. Informasi keberadaan posisi /lokasi titik ikat tersebut dapat di cari dari institusi yang terkait antara BAKOSURTANAL, BPN, atau dari hasil pengukuran proyek sebelumnya.   Pengukuran penampang memanjang jalan,pengukuran melintang jalan, pengukuran penampang melintang sungai dan pengukuran situasi.
Persiapan dan survey pendahuluan sama seperti pada pekerjaan pengukuran jalan.

PEMASANGAN MONUMEN

Monument yang dipasang pada pengukuran jembatan terdiri dari patok BM (Bench Mark) CP (Concrete Point). Untuk sungai dengan lebar ≤ 50 BMdan CP masing masing di pasang di tepi sungai yang berseberangan si sekitar AS rencan jembatan. Untuk sungai dengan lebar  > 50 BM dan CP di pasang berpasangan untuk masing masing tepi sungai.
          Patok kayu dipasang berdasarkan kebutuhan dan dipasng di tepi sungai mengarah kehulu dan kearah hilir.

PENGUKURAN KERANGKA KONTROL VERTIKAL.
          Pengukuran kerangka control vertical jembatan dilakukan dengan metode sipat datar tertutup (loop) dengan melaluisemua patok BM, CP dan patok kayu yang di pasang untuk kebutuan pengukuran dengan toleran alat 10mm D. dimana D = jumlah jarak dalam km.

PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORIZONTAL.
          Pngukuran kerangka control horizontal dilakukan dengan metode polygon tertutup, yang terikat pada satu titik ikat exsisting yang diketahui.
          Pengukuran kerangka control horizontal melewati semua BM / CP patok kayu yang dipasang. Pengukuran sudut tiap titik polygon dilakukan dengan teodolit dengan ketelitian 1 “ di lakukan pengukuran dengan system satu seri rangkap ( 4 kali sudut ).
          Azimuth polygon didapat dari pengamatan matahari atau dari 2 titik control horizontal yang telah diketahui koordinatnya. Pengamatan matahari dilakukan pagi dan sore.

PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG JALAN.
            Pengukuran penampang memanjang jalan disekitar as jembatan dilakukan dengan alat ukur sipat datar atau dengan menggunakan teodolit.
Pengambilan data dilakukan sepanjang panjangnya sesuai dengn kebutuhan.

PENGUKURAN PENAMPANG MELINTANG JALAN.
          Pengukuran penampang melintang jalan dilakukan dengan menggunakan alat ukur sipat datar atau dengan menggunakan teodolit. Pengambilan data penampang melintang jalan harus tegak lurus dengan ruas jalan. Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kiri dan sisi kanan.
          Setiap pengukuran penamapang melintang yang di ukur harus dibuat sket

 PENGUKURAN PENAMPANG MELINTANG SUNGAI.
      Koridor pengukuran kearah hulu dan hilir masing masing 125 m dari as rencana jembatan .pengukuran kedalaman sungai dilakukan denganmenggunakan rambu ukur atau bandul zonding jika kedalaman air kurang dari 5 m dan arus tidak deras, jika arus deras dan kedalaman lebih dari 5 m pengukuran dilakukan dengan alat echosounder.

PENGUKURAN SITUASI
      Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets) atau dengan alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang diukur mencakup semua obyek bentukan alam dan buatan manusia yang ada disekitar rencana jembatan.
Pada pengukuran situasi tersebut, pengambilan titik ukur haru detail / rapat. Hal ini karena pada lokasi disekitar rencana jembatan akan dilapangkan. Selain itu pada lokasi lokasi tersebut biasanya akan dilakukan desain desain yang bersifat khusus .            

PENGAMBILAN TITIK TITIK REFERENSI.
          Untuk pengukuran jembatan yang bersamaan pengukuran jalan maka koordinat (X,Y) horizontal, maupun elevasi (Z) menggunakan system koordinat nasional dan elevasi mengunakan tinggi muka air laut rata rata yang juga dipakai bersama pada system koordinat dari pengukuran jalan. Untuk pengukuran jembatan yang berdiri sendiri maka koordinat (X,Y) di kaitkan pada koordinat exsisting yang terdekat atau dari pengukuran GPS navigasi

PENGUKURAN PELAKSANAAN JALAN                 
          Pengukuran pelaksanan jalan bertujuan untuk  mengimplementasikan gambar rencana (design drawing) di lapangan. Sesuai dengan tujuannya, maka implementasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan center line, pembuatan shop drawing, rencana pembebasan lahan, dan monitoring pelaksanakan pekerjaan. Pengukuran untuk kegiatan pelaksanaan di lakukan dengan cara stake_out, yaitu meletakan posisi posisi detail dari gambar rencana kedalam posisi sebenarnya di lapangan dengan di bantu oleh koordinat koordinat yang ada di lapangan.

PENGUKURAN STAKE_OUT UNTUK CENTER LINE
          Pengukuran stake _out untuk penentuan center line merupakan stake_out bersifat garis, baik berupa garis lengkung maupun garis lurus. Stake out bersifat garis lurus dilakukan terhadap center line pada jalan yang lurus. Stake out dilakukan setiap interval 50 m. untuk stake out yang bersifat lengkung dilakukan setiap tikungan jalan. Dimana posisi yang akan di stake out antara lain : PI (point intersection), TC (target circle) CT (circle tangent), untuk tikungan bentuk full circle : TS (tangent spiral), SC (spiral circle), CS (circle spiral), ST (spiral tangent) untuk tikungan bentuk spiral – circle – spiral . jarak dari titik diatas sudah terdapat dalam rencana (design drawing). Alat ukur yang digunakan adalah teodolit / EDM / ETS.

PENGUKURAN STAKE OUT UNTUK RENCANA PEMBEBASAN LAHAN.
          Pengukuran stake out untuk rencana pembebasan lahan dilakukan bila dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan pembebasan lahan. Daerah yang ukur adalah daerah yang terkanan pembebasan lahan. Pada pengukuran ini dilakuakn pemasangan patok patok pada batas  batas daerah yang terkena pembebasan berdasarkan koordinat patok patok pada batas yang telah terdapat pada peta rencana pembebasan lahan.

PENGOLAHAN DATA.
          Pengolahan data hasil dari pengukuran topografi terdiri dari beberapa tahapan hitungan, yaitu hitungan polygon untuk pengukuran kerangka control horizontal (sudut.azimut, jarak) hitungan sifat datar untuk pengukuran kerangka vertical serta hitungan posisi dan beda tinggi untuk pengukuran situasi dan penampang melintang.
Pengolahan data dapat dilakukan secara manual dengan batuan calculator, ataupun dengan batuan computer.
          Dari hasil pengukuran lapangan dapat berupa formulir yang berisi catatan dari hasil pengukuran maupun data yang direkam dalam fileelektronik. Untuk pengukuran yang bersifat manual dan semi digital berupa koordinat masing masing obyek yang selanjutnya akan digunakan sebagai masukan data untuk proses penggambaran. Untuk pengukuran dengan system digital murni, maka dari hasil pengukuran di rekam dalam file elektronik, hal ini disebabkan alat ukur digital yang dilengkapi data rekorder atau ata collector, sehingga pengalahan data akan lebih mudah dan lebih cepat. Data ukur lapangan yang sudah tersimpan didalam memory dat recorder atau data collector bisa langsung di download kekomputer dengan bantuan interface. Format data ini di konversi keformat raw data dan selanjutnya dilakukan proses konversi kedalam file book(data file book ini mempunyai format yang sama dengan batch file). Data file book di hitung dengan perangkat lunak khusus topografi untuk memperoleh harga koordinat.

PEMGGAMBARA
            Penggambaran dapat dilukan dengan dua carayaitu penggambaran dengan cara manual dan penggambaran dengan cara digital.penggambaran secara manual berdasarkan hasil ukuran lapangan yang menggunakan tangan diatas kertas millimeter dengan masukan data data dari hitungan manual. Penggambaran digital dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak computer dan plotter dengan data masukan dari hasil hitungan spreadsheet ataupun download data dari pengukuran digital yang kemudian diproses dengan perangkat lunak topografi.

                                                                                 
Saya mohon maaf apabila tulisan saya kurang teratur karena saya belum pernah menulis sama sekali. Saya menulis ini karena ingin menceritakan pengalaman saya kepada para pembaca sekalian.  jika para pembaca sekalian menyukainya. Saya tunggu komentar anda sekalian. Terima kasih

Rabu, 13 Oktober 2010

PENGETAHUAN TENTANG PETA


PETA

gambar sebagian atau seluruh permukaan bumi atau gambar           geografi diatas bidang datar dengan ukuran kecil bersifat selektif serta yang dapat dipertanggungjawabkan secara matematis maupun secara visual.

MACAM MACAM PETA

1.    Peta Topografi
     adalah peta yang menggambarkan posisi vertikal dan horizontal tanda-
                 medan yang tidak dapat bergerak di atas permukaan bumi. Isi
                 peta tersebut mencakup empat hal , yaitu :

a)    Relief ( bentuk muka bumi )
b) Perairan ( sungai, danau, sawah )
c) Tumbuh- tumbuhan ( semak, bambu, kelapa, dll )
d) Hasil budaya manusia ( bangunan, jalan raya, rel KA, kuburan , dll )

b)    Peta Topografi dapat digolongkan sbb :
a) Berdasarkan skala, peta topografi dibagi :
1) Skala Besar ( 1 : 1000 s.d 1 : 25.000 )
2) Skala Menengah ( 1 : 50.000 s.d 1 : 250.000 )
3) Skala Kecil ( 1 : 500.000 s.d 1 : 1.000.000 dan yg lebih kecil lagi )

c)     Berdasarkan Kenampakan :
1) Peta Garis
2) Peta Foto

d)     Berdasarkan tingkat ketelitian
1) Peta topografi sistimatis
2) Peta bagan tofografi
3) Bagan Tofografi
4) Bagan Pemandangan
5) Oleat Medan

e)     Berdasarkan Proyeksinya
1) Proyeksi bidang datar
2) Proyeksi kerucut
3) Proyeksi silinder atau tabung

2.    Peta Tematik adalah
peta yang berisi gambaran satu atau dua tema khusus, biasanya
disusun berdasarkan data statistik.

Macam Peta Tematik :

a)  Peta Penerbangan, yaitu peta yang menggambarkan rute jalur penerbangan.
b)  Peta Administrasi, yaitu peta yang didalamnya yang berisi tanda-tanda yang       hanyauntuk memperlihatkan perbedaan wilayah.
c)   Peta Curah Hujan.
d)   Peta Penyebaran Penduduk.

PERPETAAN DI INDONESIA

1.   Sistim Grid Peta Topografi di Indonesia.

      a) Sistim Kilometer Fiktif.

             1. Peta-peta topografi dalam proyeksi Polyder menggunakan sistim                kilomet fiktif , khususnya pada peta-peta topografi daerah Jawa dan Madura. Daerah tersebut dibagi menjadi kotak-kotak seluas 20 menit x 20 menit yang disebut satu satuan
                 proyeksi yang dilalui paralel baku dengan warna grid hitam.
            2) Jumlah garis fiktif tergantung dari kedar peta, dimana ;
Kedar 1 : 100.000 jumlah garis 36 x 36 ( 20 menit dibagi 36 bagian )
Kedar 1 : 50.000 jumlah garis 18 x 18 ( 10 menit dibagi 18 bagian )
Kedar 1 : 25.000 jumlah garis 9 x 9 ( 5 menit dibagi 9 bagian )
            3) Karena panjang satu sisi satu kotak 20 menit x 20 menit dibagi rata menjadi 36 bagian, maka panjang sisi sebenarnya lebih dari 36 km, sehingga satu bagian akan lebih panjang dari 1 km sebenarnya.
            4) Perbedaan panjang sekitar 24 m, untuk mendapatkan jarak sebenarnya, maka ukuran jarak medan di peta harus dikoreksi dengan angka koreksi yang terdapat pada sisi kiri keterangan tepi peta. Cara menghitungnya kilometer fiktif dikurangi angka koreksi kilometer sebenarnya sehingga mendapatkan kilometer sebenarnya dilapangan.

        b) Sistim Grid Inggris.

                digunakan pada peta-peta topografi cetakan lama, pemakaian
sistim grid Inggris digunakan pada peta proyeksi LCO, dimana wilayah Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah / zone, yaitu ;

            1) Wilayah Katulistiwa ( zone equator ), meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian utara dan Irian tengah.
            2) Wilayah Selatan (southern zone), meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Kepulauan Kaidan Aru.

            3) Wilayah New Guini Selatan ( Zone Irian Selatan ), meliputi selatan Pulau Irian.

        c) Sistim Grid Universal Transverse Mercator ( UTM )

            1) Dipasang pada bagian dunia antara 80o LS sampai 84o LU. dan dipasang diatas peta dengan proyeksi TM.
            2) Dimana dunia dibagi dalam 60 buah zone yang masing-masing zone sebesar 6 derajat.

    Penomoran Lembar Peta Topografi Indonesia.

LCO

1) Indonesia dibagi dalam beberapa Lembar Bagian Derajat ( LBD )
2) Dari kiri ke kanan ( dari Barat ke Timur ) mulai dari kedudukan 12o   barat
     Meredian Nol Jakarta dengan angka arab dari 1 s.d 139.
3) Letak Meredian Nol Jakarta 106o 48'27,79'' BT
4) Dari atas ke bawah ( utara ke selatan ) mulai kedudukan 6o LU dengan
     Angka romawi dari I s.d LI ( 11o LS )
5) Letak wilayah Indonesia
       (a) Batas Barat 94o 40' BT
       (b) Batas Timur 141o BT
       (c) Batas Utara 6o LU
       (d) Batas atas Selatan 11o LS

 UTM

    1)   Batas wilayah Indonesia yang dipetakan adalah :
          94o 30' BT s.d 141o BT (= 46o 30')
          6o LU s.d 11o LS ( 18 derajat )
    2)   Tetapi dalam penomoran peta-peta UTM daerah yang dipetakan meliputi
           94o 30' BT s.d 141o BT dan 6o LU s.d 12o LS , hal tersebut di maksud
           bukan untuk merubah batas wil Indonesia, tetapi hanya sekedar
           Mempermudah pembuatan nomor peta.